Wirid, Dzikir, Dan Doa

Wirid, Dzikir, Dan Doa

Kata wirid berasal dari kata “al-warad”, yang artinya, “yang ada asal-usulnya”. Maka dengan berdasar asal-usul tersebut, entah itu kalimat khususnya dari Al-Qur’an, hadits atau kumpulan-kumpulan bacaan baginda Nabi Muhammad SAW yang diamalkan oleh para sahabat dan para ulama sehingga menjadi bacaan rutinitas, bisa dikatakan itu sebagai kalimah wirid.
Wirid mencakup banyak hal, dan wirid ini masih global. Pecahan dari wirid salah satunya adalah dzikir. Tidak semua wirid termasuk dzikir atau doa, begitu juga sebaliknya. Karena bacaan wirid tidak mutlak berdzikir semata karena Alloh, melainkan ada tujuan-tujuan tertentu (hajat), kemudian meminta agar Alloh mempercepat terkabulnya hajat itu dengan membaca award atau wirid tertentu. Selain itu, dengan membaca wirid, kita juga mendapatkan pahala besar di sisi-Nya.
Sementara dzikir tujuannya untuk mengingatkan manusia kepada sifat ke-maha-an, danke-esa-an Sang Pencipta. Dengan bacaan dzikir, kita akan mentauhidkan ke-esa-an-Nya, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kesyirikan, baik kecil maupun besar. Selain itu dzikir juga akan menumbuhkan kedekatan kepada Alloh. Dan kalau sudah merasa dekat, kita akan takut meninggalkan perintahnya, sehinggaa menimbulkan ketaqwaan, dan pada akhirnya melahirkan kecintaan kepada Alloh SWT.
Dzikir terbagi dalam beberapa macam. Ada dzikir khusus kepada Alloh SWT, disebut dzikrullah, dengan kalimat “Laa ilaaha illallaah”. Dzikrullah akan menimbulkan rasa cinta kepada Alloh. Dan bila telah ada rasa cinta , otomatis kita akan takut bila meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Selanjutnya, rasa takutnya ini akan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT.
Kemudian Dzikrun Nabiy, yaitu dzikir khusus kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan Dzikrun Nabiy, kita akan melihat akhlaq dan suri teladan Baginda Nabi Muhammad SAW, bagaimana ibadah dan muamalahnya. Sehingga diharapkan kita bisa mencontoh suri teladan beliau. Meskipun tidak mudah, mesti di coba secara bertahap.
Berikutnya Dzikrush Shahabah, dzikir yang ditujukan kepada para sahabat. Dengan dzikir sahabat, kita akan melihat keteladanan para sahabat yang hidup pada masa dan bersama Nabi Muhammad SAW dalam berjuang menyiarkan Islam. Sesungguhnya mereka adalah orang yang paling beruntung dapat berjumpa dan hidup bersama Baginda Nabi. Ketaatan para sahabat kepada Alloh dan Rasul-Nya diharapkan menginspirasi kita ntuk mengikuti mereka, walaupun tidak seutuhnya dapat kita turu.
Dan terakhir Dzikrul Ulama’, dzikir kepada para ulama. Dengan dzikir ini, kita akan melihat keshalihan para ulama dan kemulian hidupnya di sisi Alloh SWT, yang meneruskan perjuangan Baginda Nabi dan para sahabat. Sehingga diharapkan kita bisa meneladani dan mengikutinya.
Sabda Nabi, “Dzikrush shalihin tunazzilur rahmah”, mengingat kehidupan orang-orang shalih, akan menurunkan rahmat Alloh SWT.
Adapun doa belum tentu dzikir, namu dalam doa terdapat kalimah dzikir, seperti Alloohumma, yaitu asma Alloh SWT yang termasuk dzikir. Dalam doa tersebut ada munajat dan permohonan, sementara melakukan wirid atau berdzikir belum tentu ada hajat atau permohonan kepada Alloh SWT, namun biasanya para ulama dan shalafus shalih berdoa dengan mendahulukan kalimat wirid, seperti Yaa Hayyu, Yaa Lathif, atau membaca dzikir Laa ilaaha illallaah, semata bentuk ketaatan agar semakin dekat kepada Alloh SWT.
Selain menunjukan hajat seseorang kepada Alloh SWT, berdoa juga menunjukan kelemahan pribadinya sebagai manusia, ketidakmampuannya, walaupun ia seorang yang sangat hebat, cantik, pandai, kaya, dan ibadahnya luar biasa hebatnya. Sifat meminta kepada Alloh SWT itu suatu keniscayaan, karena menunjukan kelemahannya sebagai seorang hamba. Tidak ada kemampuan atas dirinya tanpa pertolongan Alloh SWT. Doa menempatkan manusia sebagai hamba yang dhaif, lemah.
Jadi sangat berbeda wirid, dzikir, dan doa. Namun ketiganya sangat berkaitan. Dzikir mendukung doa, begitu juga dengan wirid. Tinggal bagaimana menggunakan wirid yang berbentuk dzikir, seperti Asmaul Husna atau kalimat doa yang lainnya.
Disarikan dari keterangan Al-Mukarom Syaikhuna Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali Bin Yahya, Pekalongan (Rais ‘am idaroh ‘aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Singkat KH. Muhammad Anis Fu’ad Hasyim Buntet Cirebon

DOA-DOA MUNAJAT IMAM AL-GHAZALI

Amalan Supaya Cepat Mendapatkan Jodoh.